Metode Wolbachia merupakan inovasi dari World Mosquito Program (WMP) yang telah diadopsi di 14 negara sejak tahun 2011, termasuk Indonesia. Wolbachia adalah bakteri alami yang hadir pada 50% serangga di dunia dan telah diakui sebagai aman bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Kemampuan Wolbachia dalam menghambat replikasi virus dengue dalam tubuh nyamuk Aedes aegypti menjadikannya tidak mampu menyebarkan penyakit dengue, Zika, dan chikungunya.
Apakah Wolbachia berbahaya bagi lingkungan?
Wolbachia pada umumnya tidak membahayakan nyamuk dan lingkungan, meskipun dapat mengurangi produksi telur serangga. Namun, manfaat potensialnya bagi manusia sudah terbukti: dengan menyebarkan nyamuk yang terinfeksi Wolbachia di habitat alaminya, diyakini bahwa tingkat infeksi demam berdarah pada manusia akan mengalami penurunan.
Teknologi Wolbachia di Indonesia?
Di Indonesia, penerapan Wolbachia WMP pertama kali dilakukan di Yogyakarta. Dengan hasil yang mengesankan, metode Wolbachia berhasil menurunkan kasus DBD sebanyak 77% dan rawat inap di rumah sakit sebesar 86%.
Proses perkawinan antara Aedes aegypti jantan berwolbachia dengan Aedes aegypti betina dapat memblokir virus dengue pada nyamuk betina. Selain itu, jika nyamuk betina yang memiliki Wolbachia kawin dengan nyamuk jantan yang tidak berwolbachia, maka seluruh telur yang dihasilkan akan mengandung Wolbachia.
Dalam metode ini, bakteri Wolbachia diintroduksi ke dalam telur nyamuk Aedes aegypti untuk mencegah penularan virus dengue. Sebagai langkah berikutnya dalam penanganan Demam Berdarah Dengue (DBD), Kementerian Kesehatan akan menyebarkan ember berisi telur nyamuk yang sudah terinfeksi Wolbachia kepada warga di Kota Kupang.
Warga bertanggung jawab untuk merawat telur nyamuk selama dua minggu hingga menetas. Selain telur nyamuk, warga juga akan diberikan pakan untuk nyamuk tersebut. Telur-telur nyamuk Wolbachia ini didistribusikan oleh Program Studi Entomologi, Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Kebutuhan per minggu, khususnya di Kecamatan Oebobo, sebanyak 700 ribu telur. Sementara untuk seluruh Kota Kupang, dibutuhkan 2,6 juta telur nyamuk Wolbachia setiap minggu. Harapannya, dalam waktu satu tahun, populasi nyamuk berwolbachia dapat mencapai 80% dari populasi nyamuk Aedes aegypti.
Virus dengue, yang merupakan penyebab DBD dan termasuk dalam kelompok arthropod-borne virus (arbovirus), memiliki empat serotipe virus: DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Di Indonesia, serotipe yang paling mendominasi adalah DEN-3, yang terkait dengan kasus demam berdarah berat dan memiliki distribusi yang luas.
Demikianlah penjelasan mengenai penggunaan nyamuk Wolbachia yang diharapkan dapat efektif mengatasi penyakit DBD. (*)